Faedah Manhaj, Ulama menjawab

AL-JAMA’AH

بسم الله الرحمن الرحيم

Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata:

( يا أيها الناس عليكم  بالطاعة و الجماعة ، فإنها حبل الله عز و جل الذي أمربه ، وما تكرهون في الجماعة خير مما تحبون في الفرقة )

“Wahai manusia, kalian wajib berpegang dengan ketaatan dan jama’ah[1], karena sesungguhnya jama’ah adalah tali Alloh ‘Azza wa Jalla yang Alloh perintahkan untuk memegangnya. Perkara yang kalian benci di dalam jama’ah itu lebih baik dari pada perkara yang kalian cintai di dalam perpecahan.

Al-Jama’ah di sini  adalah : mengkuti jama’ah para shohabat, karena para shohabat berkumpul diatas kebenaran, dan jalan mereka itulah yang benar. Dan setiap orang yang ikut kebenaran dengan dalil-dalil yang jelas, maka dia itu dikatakan telah ikut Al-Jama’ah sekalipun dia saat itu sendirian. 

       Dan dalam hadits Mu’awiyah bin Abi sufyan رضي الله عنهما yang berkata: Sesungguhnya  Rosululloh صلى الله عليه و سلم bersabda:

“إن أهل الكتابين افترقوا في دينهم على ثنتين و سبعين ملة، وإن هذه الأمة ستفترق على ثلاث و سبعين ملة- يعني الأهواء-، كلها في النار إلا واحدة و هي الجماعة. فإنه سيخرج في أمتي أقوام تجاري بهم تلك الأهوا كما يتجارى الكلب بصاحبه لا يبقى منه عرف و لا مفصل إلا دخله. ( أخرجه الإمام أحمد (16937 / الرسالة)، وهو حديث حسن).

“Sesungguhnya Ahlul Kitabain –Tauroh dan Injil- telah bercerai-berai dalam agama mereka menjadi tujuh puluh dua agama. Dan sesungguhya umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga agama-yaitu hawa nafsu. Semuanya di dalam neraka kecuali satu, yaitu Al-Jama’ah. Dan bahwasanya akan keluarlah di dalam umatku kaum-kaum yang dijalari oleh hawa-hawa nafsu tadi, sebagaimana penyakit anjing gila menjalari korbannya. Tidaklah tersisa darinya satu uratpun dan satu persendianpun kecuali dia akan memasukinya.” ( HR. ahmad (16397)/Ar Risalah)/hadits hasan).

       Al Imam AthThibiy رحمه الله berkata: “Yang dikehendaki dengan Al Jama’ah di sini adalah para shohabat dan orang yang setelah mereka dari kalangan Tabi’in dan tabi’it tabi’in dan para Salafush Sholihin. Yaitu: Aku perintahkan kalian untuk berpegang dengan jalan dan alur mereka, dan masuk ke dalam rombongan mereka.”(sebagaimana dalam”Tuhfathul Ahwadzi”/Al Amtsal/Bab Ma Jaa Fi Matsalish Sholah Wash Shiyam/7/hal.281/cet. Darul Hadits).

      Dan tiada keraguan bahwasanya seseorang itu tidaklah berada di  atas kebenaran kecuali jika dia punya ilmu yang menunjukkan bahwasanya pendapat yang dipegangnya adalah sesuai Al-Qur’an, As -Sunnah dan dengan pemahaman Salafui ummah. Oleh karena itulah maka sebagian ulama menafsirkan Al Jama’ah sebagai orang yang alim, sama saja dia itu sendirian atau dia bersama dengan yang lain.

      Al Imam Al Bukhoriy berkata di dalam “Shahih” beliau: Bab firman Alloh ta’ala:

(( و كذلك جعلناكم أمة وسطا ))

“Dan demikianlah kami jadikan kalian sebagai umat yang pertengahan.”

Dan apa yang diperintahkan oleh Nabi صلى الله عليه و سلم  untuk setia pada Al Jama’ah, dan mereka itu adalah para ulama. Lalu beliau meyebutkan hadits no. (7349).

       Al Imam At  Tirmidziy رحمه الله berkata: “Dan  tafsir “Al Jama’ah” menurut para ulama adalah: ahli fiqih, ilmu dan  hadits.”

       Beliu juga berkata: “Dan aku mendengar Al Jarud bin Mu’adz berkata: Aku mendengar Ali ibnul Husain berkata: Aku bertanya pada Abdulloh ibnul Mubarok:  “Siapakah Al Jama’ah itu? Maka beliau menjawab: “abu Bakr dan Umar.” Dikatakan pada  beliau: “Abu Bakr  dan Umar telah meninggal.” Maka beliau menjawab: “Fulan dan  Fulan.” Dikatakan pada  beliau: “Fulan dan Fulan telah meninggal.” Maka Abdullh ibnul  Mubarok  berkata: “Abu Hamzah As Sukkariy itu  jama’ah.” (“Sunanut Tirmmidziy”/di bawah no.  2167)

        Dan Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:  “Maka  orang berilmu  yang jujur dia tidak  merasa terasing dengan  sedikitnya teman seiring, dan tidak merasa kesepian dikarenakan kehilangan teman  seiring,  manakala hatinya telah  merasa adanya  kebersamaan  dengan rombongan yang pertama yang diberi kenikmatan oleh Alloh  dari kalangan para nabi, shiddiqin,  syuhada dan sholihin,  dan  mereka itu  adalah sebaik-baik  teman  seiring. Maka kesendirian sang hamba  di dalam jalan pencariannya itu merupakan dalil  tentang  kejujurannya  dalam pencarian.”

        Ishaq bin Rohawaih رحمه الله telah ditanya tentang suatu masalah  lalu  beliau  menjawabnya. Maka dikatakan padanya, ”Sesungguhnya saudara anda Ahmad bin Hanbal juga berkata tentang hal ini sebagaimana yang anda katakan.” Maka beliau berkata,”Aku tak menyangka ada orang yang mencocokiku dalam hal ini.”

       Karena sesungguhnya al haq itu jika  telah berkibar dan jelas turunnya, maka dia tidak memerlukan saksi pendukung untuk dirinya. Dan hati itu bisa melihat al haq sebagaimana mata melihat matahari, maka jika seseorang telah melihat matahari, dia untuk mengetahuinya tadi dan keyakinannya bahwasanya matahari telah terbit tidak memerlukan lagi pada orang yang bersaksi untuk mendukung dan mencocokinya.” (“Ighotsatul Lahfan”1/hal. 69-70).

        Al Imam Abu Syamah رحمه الله berkata: “Di mana saja datang perintah unt,uk berpegang pada Al Jama’ah, maka yang dimaksudkan dengannya adalah berpegang pada al haq dan megikutinya, sekalipun orang yang berpegang teguh degannya itu sedikit, dan yang menyelisihinya itu banyak, karena al haq itu adalah sesuatu yang diatasnya itulah Al Jama’ah yang pertama  dari jaman Rosululloh صلى الله عليه و سلم dan para shohabatnya. Dan tidak perlu melihat pada banyaknya ahlul bathil sepeninggal mereka. ‘Amr bin Maimun Al Audy رحمه الله berkata, ”Aku telah menyertai Mu’adz bin Jabal di Yaman.Tidaklah aku meninggalkan beliau sampai aku mengebumikannya di Syam. Lalu sepeninggal beliau aku menyetai orang yang paling faqih yaitu Abdulloh bin Mas’ud. Maka aku mendengar beliau bekata:

عليكم بالجماعة فإن يد الله مع الجماعة

Kalian harus setia dengan Al Jama’ah arena tangan Alloh itu menyertai Al jama’ah.”

Lalu pada suatu hari beliau berkata, ”Akan datang pada masa kalian para penguasa yang mengakhirkan sholat dari waktu-waktunya. Maka tegakkanlah sholat pada waktu-waktunya karena itu adalah kewajiban. Dan sholatlah bersama mereka karena hal itu akan menjadi tambahan amal sholih bagi kalian.”

Maka kukatakan pada beliau, ”Wahai shohabat Muhammad, saya tidak tahu apa yang anda katakan.” Beliau bertanya, ”Apa itu?” Kukatakan,  ”Anda memerintahkan saya untuk setia dengan Al Jama’ah dan Anda mendorongku untuk bersama Al Jama’ah. Lalu Anda berkata padaku,  ”Sholatlah sendirian karena itu wajib, dan sholatlah bersama jama’ah karena hal itu akan menjadi tambahan amal sholih bagi kalian.”

Maka beliau berkata, ”wahai ‘Amr bin Maimun, dulu aku mengira engkau itu adalah orang paling faqih di negri ini. Tahukah engkau apa itu Al Jama’ah?”

Kujawab,”Tidak”

Beliau berkata:

(إن جمهور الناس فارقوا الجماعة و أن الجماعة ما وافق الحق وأن كنت وحدك)

“Sesungguhnya mayoritas manusia telah memisahkan diri dari Al Jama’ah. Sesunngguhnnya Al Jama’ah itu adalah apa yang mencocoki kebenaran sekalipun engkau sendirian.”

       Dan dalam riwayat lain:

( إن جمهور الناس فارقوا الجماعة و أن الجماعة ماروافق طاعة الله تعالى)

“Sesungguhnya mayoritas manusia telah memisahkan diri dari Al Jama’ah. Sesungguhnya Al Jama’ah itu adalah apa yang mencocoki keta’atan pada Alloh ta’ala.”

Nu’aim bin Hammad رحمه الله berkata,  ”Beliau memaksudkan: Jika jama’ah tersebut telah rusak, wajib bagimu untuk berpegang dengan yang dulunnya jama’ah tadi ada di atasnya sebelum rusaknya. Dan kalaupun engkau itu sendirian maka pada saat yang demikian itu engkaulah Al Jama’ah.”

Atsar ini ditampilkan oleh Al hafidz Abu Bakr Al Baihaqy  رحمه الله ta’ala dalam kitab “Al Madkhol.”

(Selesai dari “Al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ wal Hawadits” 1/hal. 22).

Ditulis oleh : Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin soekojo Al Indonesiy Al Jawiy   Al-Indunisiy hafidzhullah

__________________________________________

Dinukil pada catatan kaki (5) dari buku “Fatwa Para Ulama Tentang Fitnah ISIS Yang Tengah Membara” karya Abu Fairuz Abdurrohman bin soekojo Al Indonesiy Al Jawiy.( Hal : 37-41 cetakan maktabah Fairuz Ad Dailami Publishing).

[1]

Tinggalkan Balasan Ash Habul Hadits